About Diary of a Daughter

So, ceritanya aku sampai di Purwokerto siang ini. Setelah 4 jam perjalanan naek Efisi**si dari Jogja, dan turun di bunderan RS Margono atas daulat sang papi yang konon masih stay di kantor jam segitu. Tadinya aku berpikir buat datengin beliau di kantornya (baca: pengennya sih ngagetin dengan cara gebrak pintu kantornya tiba”, .. tapi kok keknya nggak etis ya =D), tapi berhubung aku ini tipe orang yang peduli keselamatan jiwa dan beranggapan bahwa hidup ini masih sangat indah dan berwarna untuk diakhiri dengan ‘dilindas’ bus dan truk segede gaban, … aku memutuskan untuk nelpon si abah, sekedar info bahwa aku akan menunggu di depan bengkel Brams aja (cuma sebuah bengkel yang nggak terkenal di kalangan blogger wordpress, yang FYI, letaknya di seberang RS). AKU NGGAK BERANI NYEBRANG, OKEH??!!

Setelah nunggu sekitar 15 menit berdiri di pinggir jalan kayak orang ilang, datanglah si ‘R 8912 LA’ pada akhirnya. Aku sempat ngamatin muka si abah yang datar ketika aku jalan menghampiri, dan kemudian nyapa aku genit, “Hei, cewek” gaya khas yang nggak bakal pernah diliat sama mahasiswanya di kampus sampai kapanpun, dan kami pun meninggal tempat itu diiringi para penunggu bengkel yang mengamati kami dengan tatapan, “ada cewek cakep di pinggir jalan dijemput oom-oom di siang hari bolong,” .. andaikan mereka tau bahwa kami adalah muhrim, hahahaha!

A glance of my dad, as the first and second and third time or else you have no time to get to know him close enough, is such a quite. But I always tell my friends that my dad is an innocent old man whose thinking is absurd and yet original. He can be hilarious in a particular situation, real comedy to have you laugh your ass off.

Seperti contohnya siang ini, ketika kami berdua sedang makan bersama, sisterku pulang dan menyela obrolan kami gara” dia nemuin burung ‘nongkrong’ di lantai. Ya, burung itu berdiri diam di ujung lantai teras dan nggak terbang meski dideketin. Lucu sih, tapi kasian ngeliatnya, .. perasaanku bilang itu burung pasti mau mati, atau nggak dibuang sama orang tuanya, jadinya memelas gitu di depan pintu rumah orang. *tiba-tiba ingat Baim*

“Ya Allah, .. tolong burung ya Allah, burung lapar …”

So we’re back to our seat, setelah aku nyuruh si Nyez buat foto itu burung supaya bisa aku masukin ke blog. And here’s the funny thing, have I told you that my dad is absurd? yeah, he did that again unexpectedly. Jadi waktu aku balik duduk melanjutkan makan, tiba-tiba aja dengan nada yang pelan si abah nyeletuk,

“Burung yang malang,”

Kalimat ini mungkin terdengar biasa aja, .. tapi bisa jadi tidak kalau diucapkan dengan nada khas si Baim, dan si abah adalah tersangka pencetusnya. I was laughing hard, for real.

I kind of miss my parents a lot, .. no, I miss them everyday while in my at-home-absence. I was not feeling like this back in 3 or 4 years before, but I am this moment. Experiences and tragedies make us stronger than ever, we’ve fell down through nightmares together and crawled back to resurrection to find ourselves learned God’s absolute truth the hard way.

Butuh bertahun-tahun untuk menyadari bahwa mereka begitu berharga, untuk menyadari besarnya kasih sayang yang mereka berikan untukku. Aku membutuhkan 23 tahun untuk benar-benar memahaminya, ketika si mami kasih aku bee pollen setelah tau aku akan lembur malam ini, and I felt like crying to see her handing me over the pill, ..

They look so old, so damn freaking old like .. it makes me wondering how many years to pass to let me see, they’re changed people. They are not again the same people I used to see when I was 15 or younger, when everything seems so simple and fun.

If can draw a line to show them my love, I think I would have a tangled giant ball with no tip end. Yes, I always enjoy our heart-to-heart talking, that’s the only way for me to get to know them better.

Not as parents. Nor as precedence.

As soulmates.

.xoxo.

Leave a comment